Hangat yang terangkum dalam secangkir teh, menjelma selimut
Mendekap perih yang diteduhkan bintang-bintang semesta
Di bawah langit pukul 01.00 malam,
kembali aku berbincang dengan langit
Peraduan yang kupilih untuk menina-bobokan ronta luka yang masih nyaman tinggal di relung
Telapak tangan memeluk cangkir berisi panas aroma teh
Kubiarkan hangat menjalar pada ruas jari,
hingga masuk ke jiwa menenangkan perih yang masih gigil
Mungkin memang benar
Mencintai itu buta
Hingga mata tak mampu melihat ada senyum lain
Tersungging kepada kekasih di balik punggungku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar