Jumat, 18 April 2014

Senyum Di Balik Punggung

Hangat yang terangkum dalam secangkir teh, menjelma selimut
Mendekap perih yang diteduhkan bintang-bintang semesta

Di bawah langit pukul 01.00 malam,
kembali aku berbincang dengan langit
Peraduan yang kupilih untuk menina-bobokan ronta luka yang masih nyaman tinggal di relung

Telapak tangan  memeluk cangkir berisi panas aroma teh
Kubiarkan hangat menjalar pada ruas jari,
hingga masuk ke jiwa menenangkan perih yang masih gigil

Mungkin memang benar
Mencintai itu buta
Hingga mata tak mampu melihat ada senyum lain
Tersungging kepada kekasih di balik punggungku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar